Pages

Minggu, 10 Juli 2011

Dekat di Hati

Seingat saya, sewaktu saya masih kecil, masih TK kira-kira, Beliau memberikan saya dan kakak perempuan saya (mbak) sebuah buku agenda (yang tebal sekali untuk ukuran anak kecil) untuk semua hal yang saya lakukan dengan huruf dan angka.Belajar menulis, belajar berhitung, juga belajar menggambar. Hampir setiap weekend beliau selalu memberikan soal-soal hitungan untuk saya dan kakak saya kerjakan. Saya menggunakan alat hitung (saya lupa namanya), pokoknya alat hitung itu terdiri dari 10 kolom dimana masing-masing kolom berisi 10 manik-manik bulat. Sejak kecil, saya paling suka bagian hitung-hitungan. Tulisan saya tidak lebih bagus dari tulisan kakak saya. Apalagi untuk urusan menggambar, kakak perempuan dan kakak laki-laki saya jauh lebih jago. Bahkan ketika kita sedang ingin membuat topeng (kita lihat contoh pembuatannya di majalah BOBO), kedua kakak saya yang sibuk menggambar, menggunting, dan mewarnai. Saya??? ya saya hanya melihat dengan manis (tidak manis juga sih, karena sesekali saya mengganggu. hehe). Beliau selalu membelikan saya alat mewarnai (mulai dari spidol, pensil warna, hingga crayon) dengan jumlah yang lebih sedikit daripada kakak perempuan saya. Kalau saya dibelikan spidol isi 24, kakak saya dibelikan yang berisi 36. Kalau saya dibelikan pensil warna isi 12, berarti yang isi 24 untuk kakak saya. Mungkin beliau ingin mengartikan adil dengan cara seperti itu. 

Beliau juga sering membelikan kami kaset lagu anak-anak dan beberapa kisah dongeng yang direkam dalam kaset. Bahkan microphone untuk kami bernyanyi (masih kecil saja sudah doyan karokean, haha). Tak jarang sepulang kerja, Beliau membawakan kami Silverqueen atau Dunkin Donuts. ^_^

Beranjak SD dan SMP, saya menjadi jarang berinteraksi secara intens dengan Beliau. Entahlah karena apa hal itu terjadi, mungkin karena saya lebih sering main di luar rumah. Ketika itu saya menganggap Beliau sosok yang dingin sehingga jarang menghabiskan waktu untuk tertawa bersama saya. Mungkin pandangan saya terlalu sempit saat itu... hehe

Ketika SMA, saya baru menyadari bahwa Beliau adalah orang yang asik untuk membahas tentang masalah akademik dan rencana-rencana masa depan. Walaupun mungkin masih belum banyak waktu yang bisa dihabiskan untuk bercengkerama. Karena saya pun menghabiskan sebagian besar waktu saya di sekolah, sedangkan di rumah hanya ketika malam hari. Beliau memang memiliki aturan waktu yang ketat untuk anak-anak perempuannya. Tapi itu memang yang seharusnya dilakukan oleh seorang Ayah. Beliau yang ketika saya SD dan SMP mengajarkan dengan tegas bahwa saya tidak boleh manja (terutama masalah antar-jemput sekolah / kegiatan ekskul) dan harus bisa melakukan semuanya sendiri, saat saya SMA, menjadi semakin lunak dan lembut. Selain itu, setiap ada rapat di luar kota, pasti selalu ada oleh-oleh untuk kami, anak-anaknya. Thanks, Dad... ^_^

Pun saya melanjutkan sekolah di perguruan tinggi negeri di Depok. Beliau yang dari awal mendukung saya penuh untuk mengikuti PMDK di Kampus Kuning tersebut. Walau sulit, walau berat, walau sepengetahuan saya, sekolah tersebut mahal. Beliaulah yang meyakinkan saya bahwa semua akan baik-baik saja. Beliau meyakinkan bahwa cukuplah saya sekolah disana dengan baik tanpa perlu memikirkan bagaimana masalah biayanya. Beliau tidak pernah sekalipun menuntut saya untuk mendapat nilai tertentu. Beliau yang selalu mengajarkan bahwa setiap hal yang terjadi wajib untuk disyukuri. Di tengah perkuliahan, Beliau memasuki masa pensiun. Setiap saya pulang saat liburan semester, setiap itu pula saya merasa semakin mengenalnya. Saya menghabiskan banyak waktu bersamanya, bercanda, menonton TV sambil sharing informasi tentang berita-berita terbaru, sarapan, makan siang, dan makan pagi bersama, tanding bulu tangkis, juga menikmati cemilan sambil bercerita tentang keinginan-keinginan di masa depan. Sungguh saya baru mengerti, bagaimana cara pandangnya terhadap banyak hal, dan banyak lagi.
 
Beliau yang selalu tidur lebih awal untuk terjaga kemudian,
yang setiap malam berdoa di tengah tahajud panjangnya, 
yang berdoa di tiap sepertiga malamnya, 
yang menjemput adzan subuh dengan tilawah-tilawahnya. 

Beliau yang entah mengapa begitu tampak bersahaja dengan kopyah dan sarungnya (saya sungguh suka melihatnya),
yang menggoda saya ketika saya pertama kali naik pesawat, 
yang bahkan tidak pernah memaksakan saya untuk segera pulang saat libur tiba,
Beliau yang selalu dekat di hati saya....


Depok, Sun, July 10th, 2011
-semoga bisa ku banggakan dan bahagiakanmu-

1 komentar:

Posting Komentar